Kesombongan, Buah dari Kebodohan
"The only cure for vanity is laughter, and the only fault that is laughable is vanity" ~Henri Bergson
Kita sering mendengar bahwa semakin pintar seseorang maka semakin
rendah hati pula dirinya, sementara semakin tidak berisi seseorang maka
semakin besarlah kesombongan dalam dirinya (Ilmu padi dan ilmu lalang).
Henry Bergson, seorang filsuf terkenal pada awal abad ke-20 dari Prancis
berkata bahwa “Satu-satunya obat untuk kesombongan adalah tawa, dan satu-satunya kesalahan yang ditertawakan adalah kesombongan”
Ibarat katak dalam tempurung, kita sering merasakan bahwa apa yang
kita miliki saat ini adalah sangat hebat dan tak ada orang lain yang
bisa mengimbangi pencapaian tersebut. Anggapan tersebut adalah kesalahan
terbesar karena mata kita belum terbuka, kita hanya melihat dunia kita
saja padahal masih banyak orang yang melebihi kita di luar sana. Sikap
kita ini (kesombongan) menjadi bahan tertawaan bagi orang-orang di luar
dunia kita karena apa yang kita lakukan terlihat norak dan terkesan
dibuat-buat. Secara tidak langsung kita menunjukkan kebodohan kita
kepada orang lain.
Orang pintar merasa bahwa semakin dia tahu semakin dia menyadari
bahwa masih banyak yang tidak diketahuinya; sementara orang bodoh, hanya
dengan pengetahuan yang sepenggal-sepenggal dia sudah merasa hebat dan
sombong. Pepatah berkata bahwa tong kosong nyaring bunyinya demikian halnya orang bodoh selalu ingin dianggap pintar sementara orang pintar selalu rendah hati.
Sebuah cerita yang pernah saya baca tentang seorang anak yang menjadi
juara perlombaan catur antar pelajar di tingkat kabupaten di daerahnya.
Dengan bangganya dia membawa piala dan papan catur kemana-mana. Dia
selalu memamerkan kehebatannya dan menantang setiap orang yang
dijumpainya. Suatu saat dia bertemu dengan seorang tua yang berpakaian
kumuh, dia menceritakan tentang prestasinya dan menantang orang tua
tersebut. Si orang tua dengan santunnya merendah bahwa dia sudah lama
tidak bermain catur dan tidak terlalu pintar memainkannya sambil memuji
kehebatan si anak tersebut. Akhir kata, setelah mereka bermain catur
dalam delapan langkah si anak tadi sudah skak mat dan kalah. Ternyata si
kakek adalah mantan master catur yang sudah lama mengundurkan diri.
Akhirnya si anak pulang dengan menyimpan rasa malu yang tidak
tertahankan. Demikianlah kita, jangan pernah menyombongkan sesuatu yang
baru kita miliki karena apa yang kita miliki belumlah seberapa dan masih
banyak lagi di luar sana yang memiliki kehebatan jauh di atas kita.
Kita sering menemukan fenomena seperti di atas dalam kehidupan sosial
di masyarakat saat ini. Bagaimana seseorang menyombongkan harta dan
jabatan yang dimilikinya atau yang dimiliki oleh orangtuanya. Bukalah
mata Anda dan lihatlah dunia luar, maka Anda akan menyadari bahwa
sebenarnya apa yang Anda miliki saat ini masihlah belum seberapa. Apapun
yang Anda miliki, ingatlah bahwa itu tidak selamanya mampu bertahan.
Ingatlah bahwa kehidupan manusia ini ibarat roda yang kadang di atas dan
kadang di bawah. Bila berada di atas sering-seringlah lihat ke bawah
agar tidak jatuh sekaligus mencari tempat pijakan jika suatu saat Anda
terjatuh. Selamat beraktifitas!
Post a Comment