Header Ads

Petualangan ke Boronadu, Desa Tertua di Nias dengan Kisah Manusia Langitnya

Pagi itu langit tampak cerah ketika pesawat Wings Air mendarat dengan empuk di bandar udara Binaka Kota Gunungsitoli. Pesawat yang membawa 5 orang tamu Go Nias Tour yang berasal dari Jakarta akhirnya tiba sekalipun terlambat setengah jam dari jadwal yang sudah ditentukan. Tim yang dipimpin oleh ibu Kim ini memulai petualangannya di Pulau Nias menuju Boronadu yang dulunya di Kecamatan Gomo (sekarang Kecamatan Boronadu) Kabupaten Nias Selatan, setelah sebelumnya check-in di Hotel Wisma Soliga untuk meninggalkan sebagian barang bawaannya.

Perjalanan Yang Memakan Waktu Hampir 5 jam DARI Kota Gunungsitoli ini Dimulai Pukul 11.00 Menjelang Tengah Hari Dengan Menyusuri Jalanan Menuju Nias Selatan Yang Meliuk-Liuk Ditemani Pemandangan Pepohanan Hijau nan di-Kiri Kanan jalan Walaupun Sesekali Harus Memperlambat Mobil Yang Kami Kendarai Karena Melewati Harimbale (Pasar Tradisional Mingguan) Yang Penuh Disesaki Oleh Orang-Orang Yang Jual Beli-Hingga KE Bahu jalan. Namun Sapaan Dan Senyuman Mereka Mampu Membayar Kesabaran Kita Menunggu Hingga Mobil BisA Melewati Kerumunan Tersebut. Kebetulan Hari Hari Sabtu ITU Adalah, Dan Ada Sekitar 4 Harimbale Yang Harus kami lewati.

Setelah Menempuh 2 jam (80 Km) Perjalanan Akhirnya Tibalah Kami Yang di Kecamatan Lahusa Merupakan Persimpangan Menuju Boronadu (Gomo) Teluk Dalam Dan ( Sorake, Lagundri & Bawomataluo ). Namun, 30 Menit Sebelum Sampai Yang di Helezalulu Merupakan desa Tempat Kami Untuk Berhenti Menikmati makan siang di warung makan milik warga, tiba-tiba saja cuaca yang tadinya cerah dan bersahabat mendadak berubah menjadi hujan deras. 

Selesai makan, kami dan rombongan bergegas berlomba dengan waktu agar bisa mengunjungi Boronadu, Sorake dan juga Bawomataluo untuk menyaksikan rumah adat tradisional Nias serta atraksi lompat batu yang terkenal fenomenal itu.

Medan yang Sulit dan Menantang
Beranjak dari Desa Helezalulu Kecamatan Lahusa, kita mulai dihadapkan dengan medan yang lumayan menantang dengan jalanan yang bergelombang karena lubang yang terbentuk akibat bahu jalan melesak ke dalam sehingga mengharuskan pengemudi untuk tetap gesit dan waspada mencari sisi jalan yang aman untuk dilewati. Kebetulan pada saat itu sedang turun hujan sehingga banyak kubangan terbentuk dari genangan air hujan. Jarak dari Helezalulu ke pusat Kecamatan Gomo sebenarnya tidaklah jauh, hanya sekitar 20 Km saja namun karena kondisi Medan yang menantang inilah akhirnya memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Justru 5 Km menuju Gomo jalanan agak mulus, mungkin karena baru saja mendapatkan perbaikan. 

Begitu sampai di pusat Kecamatan Gomo, kami singgah di rumah teman bernama Melison Harefa yang dulu pernah sama-sama bekerja di salah satu NGO untuk meminta bantu menjadi penunjuk jalan ke arah Boronadu. Untuk mencapai Boronadu, kita harus menempuh jarak 8 Km lagi dari pusat Kecamatan yang hanya bisa dilalui kendaraan roda 4 hingga 4 km dan selebihnya harus jalan kaki atau naik sepeda motor (ojek). Beberapa buah sungai harus dilewati dengan jembatan seadanya yang terbuat dari beberapa batang pohon kelapa sehingga untuk melewatinya harus ekstra hati-hati.
Jalanan terjal menuju Boronadu
Dengan menyewa ojek dari batas akhir akses kendaraan roda 4 kami melanjutkan perjalanan dengan medan tempuh yang semakin membakar adrenalin petualangan. Beberapa kali ban sepeda motor yang kami tumpangi slip dan terkesan hampir tak kuat melewati perbukitan yang terjal, namun ketangkasan para tukang ojek yang sudah menguasai medan dengan baik patutlah diacungi jempol. Kadangkala kami harus turun dari sepeda motor ketika menyeberangi anak sungai maupun bukit yang sangat terjal itu.
Salah satu jembatan penyebrangan yang terbuat dari batang pohon kelapa


Akhirnya setelah setengah kurang lebih setengah jam ngojek tibalah kami di tempat tujuan. Rasa puas dan lelah bercampur menjadi satu, namun kepuasan karena berhasil sampai di Boronadu yang konon merupakan tempat manusia Nias turun dari langit mengalahkan rasa lelah tersebut. Setelah sebelumnya menyeberangi sungai Gomo yang lebar dengan air yang jernih mengalir seolah meneduhkan hati dan fisik yang berulangkali tergoncang di atas kendaraan. Ketika memasuki gerbang perkampungan, kami berpapasan dengan rombongan dari JPCC Foundation yang menurut informasi dari warga baru saja selesai memasang solar panel untuk sumber penerangan di 108 rumah-rumah penduduk di desa tersebut. 
Sungai Gomo yang menjadi satu-satunya penghubung antara Boronadu dan Kecamatan Gomo
Sekitar 300 meter dari perkampungan Boronadu, terbentang sungai Gomo yang lebarnya kurang lebih 50 meter yang menjadi satu-satunya penghubung antara Boronadu dengan Kecamatan Gomo, sehingga apabila sungai meluap karena banjir maka secara otomatis penduduk harus berdiam diri di kampung mereka sementara waktu demikian juga bagi anak -anak sekolah yang harus bersekolah ke Kecamatan Gomo menempuh perjalanan kurang lebih 8 Km harus rela tidak bersekolah ketika banjir tiba.

Perkampungan yang Penuh dengan Suasana Mistis bekas Pemujaan Berhala
Lega sudah perasaan ini ketika berhasil mencapai perkampungan ini. Gereja BNKP (Banua Niha Keriso Protestan) menjadi bangunan pertama yang akan menyambut kita. Selanjutnya kita akan melihat sebuah hamparan halaman yang luas yang dipagari oleh batu-batu megalith yang tersusun rapi seolah menyatakan bahwa dahulu di sini pernah berdiri perkampungan yang besar. 

" . Batu-Batu Megalitik Yang Rata-Rata Setinggi Satu meter ITU Berdiri Berjajar RAPI Dengan interval Antarbatu Rata-Rata 2 meter Menurut Cerita Penduduk Setempat, Sembilan Buah Bekhu ini Adalah Monumen DARI Manusia-Manusia Yang Pertama Turun DARI Langit "- EN Sonjay a 

Jalanan di Kampung ini Terbuat DARI Bebatuan Yang Disusun Secara Acak Yang Sudah Berumur Puluhan Bahkan Ratusan Tahun Lamanya. Tak Jauh DARI Gereja, Sekitar 150 meter Berdiri Kokoh Patung Batu Berbentuk Prisma Setinggi Kurang Lebih 2,5 meter Yang Disebut Sebagai  Gowe Saro Oleh Penduduk Setempat. Patung tersebut merupakan bekas kompleks osalinadu yang dulunya terdapat Omo Nadu (rumah patung) yang menjadi poros utama pemujaan masyarakat Börönadu. Semua itu diturunkan dari Teteholiana'a bersamaan dengan sembilan manusia pertama Nias. Tidak hanya itu, sembilan manusia ini juga dilengkapi dengan bekal, antara lain emas, bibit-bibit tanaman, dan hitung-hitungan berat.
Patung berbentuk Prisma bekas Osalinadu

Osalinadu bentuknya seperti pendopo di Jawa, beratap tetapi tidak berdinding. Ukurannya tidak terlalu besar. Berdasarkan denah batu yang tersisa, bangunan ini kira-kira berukuran 7 x 7 meter. Adapun Omo Nadu yang berada di samping Osalinadu bangunannya tertutup dan berukuran lebih kecil. Di Dalam Rumah Patung Tersebut  Terdapat Patung-Patung Penting Sebagai Perwujudan Pemuka-Pemuka ADAT Yang Telah Meninggal. Di Antara Patung-Patung Tersebut, Terdapat Sebuah Patung Yang Paling Tinggi Kedudukannya, Yaitu Giwaho. Patung Yang Berbentuk Dan Seukuran ITU Hanya Manusia Boleh Dilihat Oleh ERE ( pemuka agama). Orang-orang kampung menyembah patung ini melalui perantaraan ere. Giwahö merupakan perwujudan dari Lowalangi, Tuhan orang Nias.

( Sumber: EN Sonjaya: MAKNA MEGALITIK  Kontekstualisasi Dalam Sejarah Budaya Boronadu)

Penulis dengan Gowe Saro di sebelahnya

Kami menghabiskan waktu sekitar 45 menit di perkampungan Boronadu ini dan selanjutnya memutuskan untuk kembali ke Gunungsitoli karena mengingat waktu sudah mulai malam. Rencana awal untuk mengunjungi Teluk Dalam dengan pantai Sorake & Lagundri serta Bawomataluo dengan atraksi lompat batunya terpaksa kami tunda bahkan ajakan penduduk setempat untuk berkunjung ke lokasi air terjun Helaowo yang tidak jauh dari Boronadu tidak bisa kami terima mengingat waktu sudah tidak memungkinkan lagi. Namun dalam hati berjanji untuk mengunjungi air terjun Helaowo suatu saat nanti di masa mendatang.

Untuk Mengetahui Lebih Banyak Lagi Tentang Objek-Objek Wisata di Pulau Nias Lainnya, Silakan  KLIK DI SINI .

Bila ingin berwisata ke Nias dan membutuhkan agen perjalanan yang bisa mengurus keperluan anda selama berwisata dengan paket perjalanan istimewa dan menarik, silakan hubungi kami:


Silakan cari tahu tentang kami di:
Hp/WA: 0812-6027-4444
email: goniastour@gmail.com
IG: Go Nias Tour
Facebook Page: Go Nias Tour 
Website: www.goniastours.com


1 comment:

A good reader always leave comments

Powered by Blogger.