Lompat Batu & Atraksi Budaya Nias Akan Mengguncang Solo
Lompat Batu dan Tari Perang merupakan atraksi budaya Nias yang sangat ditunggu-tunggu dalam setiap penampilannya. Tradisi lompat batu atau dalam bahasa Niasnya disebut Hombo Batu atau Fahombo ini sudah menjadi icon budaya yang bukan hanya terkenal di Nias, melainkan di Sumatera Utara, tingkat nasional bahkan mancanegara. Atraksi Hombo Batu yang awalnya bertujuan sebagai ajang latihan bagi prajurit-prajurit Nias sebelum terjun ke medan perang yang harus melompati batu setinggi 2,15 meter.
Lompat Batu Pulau Nias (Doc: Melania Eka Dewi) |
Demikian juga halnya tari perang yang dalam bahasa Nias disebut Fataele yang tidak bisa dipisahkan
dengan tradisi Lompat Batu Nias, karena lahirnya berbarengan dengan
tradisi Homo Batu. Dimana pada masa dulu, Suku Nias sering mengadakan perang antar kampung yang biasanya dipicu oleh perebutan lahan ataupun perebutan kampung orang lain.
Tari Perang Nias (Doc: Google) |
Dalam upaya mempertahankan kekuasaan
dan kampungnya dari serangan penduduk kampung lain, setiap Si’ulu
berinisiatif mengumpulkan pemuda desa untuk dilatih perperang. Jenis
latihan yang diberikan oleh Si’ulu adalah dengan melatih kemampuan Lompat Batu “Hombo Batu”
para pemuda. Jika mereka mampu menaklukkan batu setinggi 2,15 meter
berbentuk prisma yang dibentuk dari tumpukan batu tersebut maka mereka
dinggap mampu untuk membela dan mempertahankan kampung mereka. Jadi
secara tidak langsung tradisi Lompat Batu ini terlahir dari konflik
perang yang terjadi antar kampung. Untuk merayakan kelulusan pemuda dari
ujian tersebut, Si’ulu akan mengadakan pesta dengan memotong babi dan
kemudian diikuti dengan pengumuman pada warga kampung mengenai pasukan
Fataele yang sudah terbentuk.
Dalam menarikan tarian ini, penari
mengenakan pakaian warna warni terdiri dari warna hitam, kuning dan
merah, dilengkapi dengan mahkota di kepala. Layaknya kesatria dalam
peperangan penari juga membawa Tameng, pedang dan tombak sebagai alat
pertahanan dari serangan musuh. Tameng yang digunakan terbuat dari kayu
bebentuk seperti daun pisang berada di tangan kiri yang berfungsi untuk
menangkis serangan musuh. Sedangkan pedang atau tombak berada di tangan
kanan berfungsi untuk melawan serangan musuh. Kedua senjata ini
merupakan senjata utama yang digunakan kesatria nias untuk berperang.
Ketika dipertunjukkan prosesi tarian ini
dipimpin seorang komando layakya prosesi dalam perang yang dipimpin
oleh seorang panglima. Kemudian dia akan mengomando penari untuk
membentuk formasi berjajar panjang yang terdiri dari empat jajar. Posisi
komando berada di depan menghadap kearah penari. Tarian kemudian
dimulai dengan gerakan kaki maju mudur sambil dihentakkan ke tanah dan
menerikkan kata-kata pembangkit semangat. Makna gerakan ini adalah
kesiapan pasukan untuk maju ke medan perang dengan penuh semangat
kepahlawanan. Kemudian diikuti dengan formasi melingkar yang bertujuan
untuk mengepung musuh, setelah musuh terkepung para kesatria akan dengan
mudah untuk melumpuhkan mereka.
Untuk menyaksikan kedua atraksi budaya Nias yang fenomenal tersebut, anda tidak perlu jauh-jauh datang ke Nias karena perkumpulan masyarakat Nias yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta akan melaksanakan acara Serasehan Nasional Masyarakat Nias dengan tema "Membangun Kepulauan Nias Menjadi Tujuan Utama Wisata Kawasan Barat Indonesia".
Acara Serasehan ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 September 2013 di Convention Hall - Hotel Novotel Jl. Slamet Riyadi No. 272 Surakarta (Solo) mulai pukul 08.00 pagi.
Sementara bila ingin menyaksikan langsung atraksi budaya Nias secara lengkap, silakan datang ke Plaza Sriwedari Solo pada hari Minggu tanggal 8 September 2013, mulai pukul 6.30 pagi . Di sana Anda akan dapat menyaksikan Lompat Batu, Tari Ya'ahowu, Tari Perang, Tari Famadogo Omo dan Tari Maena yang merupakan ciri khas kebudayaan Nias.
Ya'ahowu!
Ya'ahowu!
GO NIAS TOUR
Jl. Pendidikan No. 19A Kelurahan Ilir Gunungsitoli
Mobile Phone: 0812-6027-4444
PIN BB : 7533A4C6
PIN BB : 7533A4C6
Facebook fan page:Go Nias
Post a Comment