Header Ads

Surat Dari Jepang: Kunjungan ke SD Yabukami # 2 Bermain dan Belajar Tari

Tulisan ini merupakan lanjutan dari
Surat Dari Jepang: Kunjungan ke SD Yabukami # 1 Pengenalan Budaya dan Kehidupan

"Gajahkan bisa menginjak , bagaimana orang-orang bisa berani datang ke festival gajahnya" ?

Sebuah pertanyan kreatif dan kritis dari seorang anak usia 7 tahunan saat Sudhar yang berasal dari Srilanka menjelaskan tentang festival gajah di negerinya. Rasa salut membuat kami bertiga geleng-geleng kepala menyaksikan kecerdasan anak-anak ini. Mereka baru usia kelas 1 & 2 namun nalar dan kecerdasannya jauh di atas rata-rata. Beberapa nama mereka yang sempat saya ingat adalah Yukihiko, Yuna, Kazuo, Sochiko dan Riri.

Salah satu hal yang lucu ketika kutanyakan siapa yang pernah ke luar negeri, beberapa anak menjawab Boston, Singapore dan USA. Namun satu anak tiba-tiba menjawab Osaka yang membuat kami saling pandang dan tersenyum simpul.

Dippos yang berasal dari Tapanuli menunjukkan kepada anak-anak kain ulos khas batak yang membuat anak-anak berlomba untuk menyentuhnya. Sangat senang dan bangga melihat budaya dan produk Indonesia dihargai oleh warga negara lain, sekalipun mereka hanya anak-anak namun dari cara mereka menyambutnya membawa kepuasan tersendiri di hati. 
"Seringkali kita harus keluar dari daerah kita untuk bisa menemukan esensi keindahan dari daerah kita itu sendiri dan benar-benar menghargai potensi yang selama ini kita anggap sebagai hal biasa di sekeliling kita. Seringkali merasa bangga akan apa yang dimiliki orang lain tanpa menyadari bahwa sebenarnya apa kita miliki yang selama ini kita anggap biasa-biasa saja mempunyai nilai dan keindahan yang tak terhingga, jauh melebihi dari apa yang kita lihat di luar sana" 
Dippos dengan kain ulosnya dan anak-anak yang berlomba ingin menyentuhnya
Uang Kertas Koleksi, Permainan dan Belajar Tari Tor-Tor
Seusai presentasi, tiba saatnya masuk dalam acara permainan. Tiba-tiba aku terpikir untuk memberikan souvenir dari Indonesia kepada anak-anak melalui kuis, namun bingung mau memberikan apa. Terlintas bahwa saat aku dulu muda (sekarang juga masih tetap muda) sangat senang mendapatkan mata uang dari negara lain. Kucari dalam dompet bila ada pecahan uang Rupiah kecil, namun ternyata tak ada. Akhirnya teringat bahwa aku punya koleksi selembar uang kertas Rp. 500 yang ada gambar orang utan dan uang Rp. 100 yang ada gambar kapal Pinisi-nya. Sebenarnya ada rasa sayang karena uang tersebut adalah koleksi lama namun keinginan untuk memberikan kenangan tentang Indonesia mengalahkan rasa itu. Akhirnya kuputuskan untuk memberikan 2 pertanyaan kepada mereka dan siapa yang dapat menjawab dengan benar akan memiliki uang kertas tersebut. Pertanyaannya sederhana, yakni menyebutkan salam dalam bahasa Nias yang mirip dengan salah satu nama website dan Ohayou Gozaimasu dalam bahasa Indonesia. 


Saat menunjukkan uang kertas Rp. 500 kepada anak-anak
Anak-anak sangat antusias dan berlomba untuk menjawab pertanyaannya. Aku meminta mereka untuk membisikkannya agar yang lain tidak menirukan. Dan seperti dugaanku sebelumnya beragam jawaban jawaban lucu akan didapatkan. Untuk jawaban pertama ada yang bilang "yahhhh", "tattaaaa", "hello". Seorang gadis kecil yang mendekati jawabannya sekalipun tidak tepat, dia mengucapkan "yahou" yang sebenarnya "Ya'ahowu". Begitu juga jawaban kedua, seorang anak gadis lagi bisa mengucapkan Selamat Pagi untuk Ohayou Gozaimasu. Anak-anak yang menang terlihat sangat senang namun yang tidak berhasil mendapatkan menunjukkan wajah cemberut khasnya anak-anak. 

Anak-anak yang antusias membisikkan jawabannya
Salah satu anak yang memberikan jawaban dengan benar
Ms. Akiko memberi tanda bahwa saatnya mengajak anak-anak bermain dengan mengenalkan salah satu permainan dari Indonesia. Aku dan Dippos semula kebingungan mau menunjukkan permainan apa, tapi tiba-tiba muncul saja ide untuk mengenalkan permainan Ular Naga (yang awalnya aku tidak tahu namanya hingga membuat tulisan ini, untung saja mbak Vega ingat namanya setelah kukirimkan foto permainan anak-anak tersebut ke facebooknya). Kami membagi anak-anak tersebut ke dalam dua kelompok dan mulai memberikan petunjuk cara permainannya. Di sinilah kelihatan kedisplinan anak-anak ini, saat Ms. Akiko meminta mereka tenang dia hanya mengajak mereka menghitung sampai 3 sambil meletakkan jari telunjuk ke bibirnya. Sementara Aku dan Dippos masih mencari lagu yang sesuai dan mudah diingat oleh anak-anak itu, akhirnya kami sepakat untuk mengajarkan bait pertama lagu "Naik Ke Gunung". Ms. Akiko mengajarkan pengejaannya kepada anak-anak sambil kami berdua menyanyikan lagu tersebut. Permainan dimulai dengan agak kaku namun lama-lama mereka mulai menikmatinya. Akhirnya 6 orang ketangkap dan mereka diberikan hukuman dengan menari. Dippos memasangkan ulos kepada salah satu anak serta mengajak mereka menari Tor-Tor sambil saya menyanyikan lagu "Sinanggar Tulo" sekalipun tidak hafal semua liriknya, yang penting asyik dan seru.

Anak-anak yang bermain Ular Naga dan Dippos yang memasangkan ulos kepada salah satu anak
Dippos mengajarkan anak-anak menari Tor-Tor
Tak terasa waktu kunjunganpun selesai, sebelum kami pulang anak-anak memberikan hadiah spesial dengan menyanyikan lagu berbahasa Jepang kepada kami yang belakangan ku tahu berjudul "Kitte no nai okurimono". Sekalipun tidak mengerti artinya namun kesungguhan dan ketulusan memberikan kepuasan tersendiri bagi kami. Saat dalam perjalanan pulang hujan salju semakin lebat dan Jalanan pun semakin tertutupi oleh timbunan salju yang menimbulkan perasaan was-was. Untung saja supir taksi yang membawa kami sudah terbiasa dan hafal dengan kondisi jalanan yang kami lewati. Sebuah kunjungan yang menyenangkan sekaligus menantang. Sampai jumpa anak-anak, senang bisa bersama kalian walaupun hanya sejenak. (The End)

Kaca mobil yang dipenuhi salju dan jalanan yang tertimbun oleh tumpukan salju
Silakan di klik link berikut ini untuk melihat video anak-anak Jepang yang mempersembahkan lagu spesial dalam kunjungan kami.

No comments

A good reader always leave comments

Powered by Blogger.